Paschalia Pimpin Rombongan KBKM Nasional disambut Tarian Ja’i
Paschalia Dolorosa Moi Selaku Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Ngada, Jumat (25/10) menghantar sekaligus memimpin rombongan kemah Budaya Kaum Muda Nasional 2024.
Setibanya di lapangan, rombongan MBKM disambut dengan tarian penyambutan khas Ngada, yakni tarian Jai’i.
Disamping itu rombongan juga disambut oleh Kepala Desa Tiworiwu dan Ketua Pengelola Pariwisata Megalith Bena (LP2MB) disamping masyarakat.
Usai tarian penyambutan, rombongan menuju aula pertemuan yang terletak dikawasan parkir wisata Kampung Adat Bena.
Dukungan P2M STKIP Citra Bakti terhadap Kemah Budaya Kaum Muda di Bena
Kedatangan mahasiswa di Desa Tiworiwu dalam rangka mengikuti kemah budaya kaum muda (KBKM) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) disambut tarian Ja.i, Tokoh Adat dan Masyarakat.
Rombongan KBKM Tiba di Bena disambut dengan tarian Ja’i. Rombongan yang didampingi sekaligus dipimpin Kapala Bidang Kebudayaan Kabupaten Ngada, Paschalia Dolorosa Moi.
Kemudian rombongan memasuki aula dan mendapat pengarahan serta penyampaian informasi tentang makna dari sapaan yang diucapkan dalam bahasa daerah. Disamping disampaikan juga beragam informasi tentang potensi, keunikan budaya, adat, tradisi yang ada di Jerebuu dan kabupaten Ngada.
Pada kesempatan ini Bidang Kebudayaan Kabupaten Ngada mengapresiasi partisipasi STKIP Citra Bakti dalam hal Ini TIM PK2 Citra Bakti dalam mendukung KBKM dan promosi pariwisata di Kabupaten Ngada.
Dukungan STKIP Citra Bakti, disampaikan oleh Prisko Djawaria Pare, selaku anggota TIM PKM STKIP Citra Bakti
Bena 360 Derajat: Mengenal Surga Tersembunyi di Langit Flores Pesona Kampung Bena dari Udara
Baik dari Selatan maupun dari utara, kita dapat melihat dengan jelas keunikan arsitektur rumah adat Bena. Rumah-rumah ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu.
Pola tata ruang Kampung Bena yang terlihat dari udara bukanlah sembarang pola. Setiap sudut dan setiap bangunan memiliki makna filosofis yang mendalam. Kampung Bena bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga merupakan representasi dari kosmologi masyarakat Bena.
Pemandangan Kampung Bena dari udara memberikan kita pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya. Kampung Bena adalah bukti nyata bahwa manusia dapat hidup harmonis dengan alam tanpa harus merusak lingkungan.
Bagi Anda yang ingin merasakan keindahan Kampung Bena secara langsung, jangan ragu untuk mengunjungi tempat ini. Nikmatilah sensasi terbang di atas kampung adat yang unik dan sakral ini.
Rasakanlah kedamaian dan ketenangan yang hanya bisa ditemukan di Kampung Bena
Zoning dan Tata Ruang Kampung Bena
Kampung Adat Bena merupakan salah satu contoh langka dari perkampungan tradisional di Indonesia yang masih mempertahankan pola tata ruang dan zoning yang sangat unik dan sarat makna. Pola tata ruang ini mencerminkan hubungan erat antara masyarakat Bena dengan alam dan leluhur mereka.
Pola tata ruang dan zoning Kampung Adat Bena merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Dengan memahami makna dan nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat menghargai dan melestarikan keunikan kampung adat ini untuk generasi mendatang.
Karakteristik Utama Pola Tata Ruang:
Orientasi terhadap alam: Kampung Bena dibangun dengan memperhatikan kondisi alam sekitar, seperti aliran sungai, letak bukit, dan arah mata angin. Rumah-rumah adat dibangun mengikuti kontur tanah dan menghadap ke arah yang dianggap membawa keberuntungan.
Pembagian zona yang jelas: Kampung Bena terbagi menjadi beberapa zona dengan fungsi yang berbeda-beda, antara lain:
- ona pemukiman: Zona ini merupakan tempat tinggal bagi masyarakat Bena. Rumah-rumah adat dibangun berkelompok dengan halaman tengah yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi
- Zona upacara: Zona ini digunakan untuk menyelenggarakan upacara adat, seperti upacara panen, upacara kematian, dan upacara lainnya
- Zona pertanian: Zona ini merupakan lahan pertanian yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Bena
- Zona hutan: Zona ini berfungsi sebagai paru-paru kampung dan sebagai sumber bahan baku untuk berbagai keperluan
Penggunaan bahan alami: Bahan bangunan yang digunakan untuk membangun rumah adat dan fasilitas umum di Kampung Bena sebagian besar berasal dari alam, seperti kayu, bambu, dan batu.
Pola tata ruang Kampung Bena tidak hanya sekadar pengaturan fisik, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Beberapa makna yang terkandung di dalamnya antara lain:
- Keseimbangan antara manusia dan alam: Pola tata ruang Kampung Bena mencerminkan upaya masyarakat Bena untuk hidup selaras dengan alam
- Kekeluargaan dan gotong royong: Pembagian zona pemukiman yang berkelompok mencerminkan nilai kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi di kalangan masyarakat Bena
- Penghormatan terhadap leluhur: Letak dan orientasi rumah-rumah adat serta zona-zona upacara menunjukkan penghormatan masyarakat Bena terhadap leluhur mereka.
Acara Ngadhu Bena
Bena, Sabtu (19/10) Suku Bena menyelenggarakan acara ritual yang sangat penting yaitu ritual Ngadhu.
Upacara Adat Ngadhu adalah salah satu ritual penting dalam masyarakat suku Bena, khususnya di Desa Bena, Flores, Nusa Tenggara Timur. Upacara ini memiliki makna yang sangat dalam dan kompleks, serta menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Bena.
Makna dan Tujuan
Siklus Hidup: Upacara Ngadhu umumnya berkaitan dengan siklus hidup manusia, seperti kelahiran, perkawinan, atau kematian. Melalui upacara ini, masyarakat Bena berusaha untuk menjalin hubungan harmonis dengan alam semesta dan leluhur.
Penyatuan Masyarakat: Ngadhu juga berfungsi sebagai sarana untuk menyatukan masyarakat Bena. Dalam upacara ini, seluruh anggota masyarakat akan berkumpul dan berpartisipasi, memperkuat ikatan sosial dan gotong royong.
Penghormatan Leluhur: Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur. Masyarakat Bena percaya bahwa leluhur memiliki peran penting dalam kehidupan mereka dan upacara Ngadhu adalah cara untuk memohon berkat dan perlindungan dari mereka.
Pelaksanaan
Pelaksanaan upacara Ngadhu sangat kompleks dan melibatkan berbagai tahapan. Setiap tahapan memiliki makna simbolis yang mendalam. Beberapa elemen penting dalam upacara Ngadhu antara lain:
Pakaian Adat: Peserta upacara akan mengenakan pakaian adat yang khas, terbuat dari bahan-bahan alami seperti tenun ikat.
Musik dan Tarian: Musik dan tarian tradisional menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara Ngadhu. Tarian-tarian ini mengandung makna simbolis yang berkaitan dengan kehidupan dan alam semesta.
Sesajen: Masyarakat Bena akan mempersembahkan sesajen kepada para leluhur sebagai bentuk penghormatan. Sesajen ini biasanya berupa makanan dan minuman tradisional.
Pemimpin Upacara: Upacara Ngadhu dipimpin oleh seorang pemimpin adat yang memiliki pengetahuan mendalam tentang tata cara upacara.
Keunikan Upacara Ngadhu
Keterkaitan dengan Alam: Upacara Ngadhu sangat erat kaitannya dengan alam sekitar. Masyarakat Bena percaya bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari alam dan harus hidup selaras dengan alam.
Pelestarian Budaya: Upacara Ngadhu menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Bena. Melalui upacara ini, nilai-nilai luhur dan kearifan lokal terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Upacara adat Ngadhu di suku Bena merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Upacara ini tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga sosial dan kultural. Dengan memahami makna dan tujuan dari upacara Ngadhu, kita dapat lebih menghargai keragaman budaya Indonesia.
Lorong Peninggalan Arsitektur Bena
Tamu yang berkunjung ke Bena sebelum memasuki kawasan dikenai sumbangan berupa retribusi karcis masuk sebesar Rp. 20.000 per orang
Di kantor resepsionis, Anda dapat bertanya dan meminta informasi lainnya
Kemudian anda akan dikenakan semacam selendang khas Bena, sebagai ciri bahwa yang berkunjung adalah tamu.
Ciri ini dimaksudkan untuk membedakan antara tamu dan bukan tamu, sehingga warga bisa memberikan layanan yang maksimal.
Dari pelataran paling depan, anggap titik elevasi 0,00 Anda bisa masuk melalui lorong kanan, tangga tengah dan lorong samping.
Biasanya warga menggunakan jalur kanan dan kiri sebagai akses kerumah adat mereka.
Sedangkan jalur tengah dengan menaiki anak tangga diperuntukkan untuk tamu yang berkunjung. Namun, itu terserah pengunjung apakah memilih jalur kanan atau kiri.
Pada jalur kanan, jalur ini tidak rata sepenuhnya tetapi memiliki beda tinggi tau terasering.
Disepanjang jalur kanan, ada sederetan rumah dengan bentuk yang sama.
Di teras rumah tampak warga melaksanakan kegiatan menenun dan memajang hasil tenunan, barang kerajinan manik-mani dan lainnya.