Tiworiwu adalah salah nama Desa Wisata di kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Tiworiwu meraih penghargaan Desa wisata Indonesia Tahun 2024.
Melansir dari web jadesta.kemenparekraf.go.id, Indonesia sangat berbangga karena Indonesia diharumkan kembali namanya, lewat penghargaan Destinasi wisata terbaik didunia yang wajib dikunjungi.
Yang mana kreterianya ditetapan oleh UN Tourism is the United Nations agency responsible for the promotion of responsible, sustainable and universally accessible tourism. UN Tourism promotes tourism as a driver of economic growth, inclusive development and environmental sustainability.
Indonesia Dengan bangga mempersembahkan desa wisata yang juara di UNWTO (World Tourism Organization) Best Tourism Villages:
Desa Wisata Nglanggeran (2021)
Desa Wisata Penglipuran, Bali (2023)
Sedangkan untuk lingkup Indonesia, khusus Nusa Tenggara Timur, Juga dengan bangga mempersembahkan Desa Tiworiwu sebagai Peraih ADWI Tahun 2024 dengan katagori Maju.
Tahun 2024 Desa Tiworiwu berhasil memenangkan Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) disamping 49 desa lainnya di seluruh Indonesia. Riwayat ADWI Desa Tiworiwu sebagai berikut.
- 2021 belum ada peringkat
- 2022 peringkat 300 Besar
- 2023 peringkat 500 Besar
- 2024 peringkat 50 Besar
Desa Tiworiwu berkatagori Desa Wisata Maju, dengan riwayat sebagai berikut.
- 23-02-2023 Maju
- 08-02-2023 Maju
- 07-04-2022 Maju
Nah, di desalah terdapat salah satu potensi wisata yang unik yaitu Kampung adat Bena.
Bena adalah sebuah kampung adat di Ngada, Flores, NTT yang masih menjaga tradisi leluhur dan keunikan rumah adatnya yang masih asli serta terdapat batu megalitik yang dijadikan sebagai tempat dilaksanakannya ritual.
Jika dilihat dari udara, Kampung ini berbentuk seperti patahan perahu yang memanjang dari utara ke selatan. Kampung ini semacam gerbang lokomotif waktu yang membawa siapapun mundur menuju kehidupan ribuan tahun silam.
Terdapat banyak simbol adat, megalit (dolmen, menhir dan punden berundak), banyak kerajinan tangan yang dikerjakan oleh masyarakat secara tradisional misalnya: kain tradisional dari pewarna alam dan souvenir bambu.
Keramahtamahan masyarakat adatnya menjadi faktor utama dalam usaha wisata. Sampai saat ini, masyarakat masih melestarikan kampung adat ini. Kampung ini persis terletak di bawah kaki gunung Inerie. Inerie diyakini sebagai ibu yang mampu melindungi. Dengan corak menyerupai segitiga utuh, Gunung Inerie menambah keindahan dari Kampung Bena itu sendiri.
Adapun obyek wisata lain pendukung kegiatan wisata budaya di Kampung Bena, misalnya: Air hangat Wae Wewu, Air Terjun Roba Kuda, Manulalu panorama, Air panas Keli. Matrilineal menjadi sistem kekerabatan orang Bena yang keturunannya mengikuti garis keturunan perempuan.
Akibat pandemi, sangat membawa dampak bagi masyarakat adat Bena. Terutama tingkat pendapatan yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena kurangnya atau bahkan tidak ada wisatawan yang berkunjung ke kampung adat Bena ini.
Dampak positif dengan adanya pariwisata sangat membawa nilai plus untuk masyarakat Bena sendiri terutama dalam hal melestarikan warisan leluhur, memberdayakan kehidupan masyarakat adat dan peningkatan pendapatan masyarakat yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat Bena itu sendiri.
(sumber: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/tiworiwu_kampung_megalith_bena)